Senin, 27 Desember 2010

TELAAH KRITIS

A. GARIS BESAR ARTIKEL
Bertambahnya jumlah klien tuna daksa dengan berbagai akibat negatif yang ditimbulkannya memberikan pengaruh terhadap bidang rehabilitasi. Layanan rehabilitasi bagi klien tuna daksa menekankan pada aspek social,aspek medik,psikologis,maupun vokasional.
Layanan rehabilitasi adalah proses yang panjang,yaitu sejak dari recruitment dan seleksi, proses pelayanan, hingga kepada penyaluran/ penempatan kerja sesuai dengan keterampilan vokasional yang dimiliki berdasar peluang kerja yang tersedia. Ukuran keberhasilan pelaksanaan layanan rehabilitasi dilihat dari tingkat kemandirian klien tuna daksa setelah mengikuti program rehabilitasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilannya,antara lain: 1) faktor raw input, 2) faktor instrumental input, 3) faktor proses.
Salah satu faktor yang menentukan tingkat kemandirian dalam layanan rehabilitasi,yang perlu mendapatkan pengkajian lebih mendalam dalam rangka pengembangan system rehabilitasi vokasional, adalah recruitment dan seleksi.Diadakannya recruitment dan seleksi guna mendapatkan klien tuna daksa yang potensial bagi segi kualitatif maupun kuantitatif, maksudnya adalah anak tuna daksa yang memiliki karakteristik dan potensi yang relatif memiliki kemungkinan untuk dilakukan upaya mengembangkan potensinya secara optimal melalui proses pendidikan dan latihan. Di dalam proses recruitment terdapat kegiatan identifikasi yang dijadikan dasar untuk mengambil langkah selanjutnya seperti berupa assessment yang lebih akurat dan sistematik.

B. TELAAH KRITIS
1. Isi Artikel Dibandingkan Dengan Pendapat Pribadi
Menurut pendapat saya, di dalam layanan rehabilitasi,sistem recruitment dan identifikasi sangat penting, karena hal ini menentukan keberhasilan proses pelayanan latihan ketrampilan yang dilakukan. Pelayanan latihan ketrampilan tersebut bertujuan untuk meningkatkan potensi yang ada, mengurangi seminimal mungkin kecacatan dan kekurangan serta kelalaian yang dideritanya, dan mengembangkan setiap kemungkinan yang ada agar mereka tidak tergantung pada bantuan orang lain.
Di dalam proses recruitment dan identifikasi sangat diperlukan adanya personil pelaksanaan terdidik dan terlatih yang tepat,perlu piranti inventori dan instrumen yang akurat,perlu dukungan sarana dan prasarana yang memadai,perlu pengadaan infrastruktur yang baik,serta perlu ada tim kerja yang kompak.

2. Isi Artikel Dibandingkan Dengan Pendapat Ahli
• Menurut The National Council for Rehabilitation di Amerika Serikat(1947) sebagaimana dikutip suharso sebagai berikut:
Rehabilitasi adalah suatu pembinaan yang ditujukan kepada para cacat(ALB), agar dapat memiliki kemampuan fisik, mental, social, pekerjaan, dan ekonomi yang setinggi mungkin.
• Menurut Agung Yuwono
Rehabilitasi adalah usaha bimbingan didikan dan latihan agar para cacat (ALB) dapat mengatasi kecacatannya, mengembangkan kemampuannya sedemikian rupa sehingga dia dikemudian hari dapat menjadi manusia yang berguna baik bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat dimana ia berada.
• Menurut Kurt Jonson(1957), sebagaimana dikutip Suroyo dan Hadi Sutomo sebagai berikut:
Rehabilitasi didefinisikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada para cacat(ALB) untuk mencapai sepenuhnya tingkat penyesuaian ekonomi dan kegunaan menurut kemampuannya.
• Menurut International Labour Conference dalam sidang ke-38 Tahun 1955 Sebagai berikut :
“Vacation rehabilitation should be defined as that part of the continuous and coordinated process of rehabilitation which involves the provision of the vocational training and selective placement, designed to enable a disabled person to secure and retain suitable employment”.
• Menurut Pendapat Wholan (yang dikutip Lola Aswin Hadis, 1982) bahwa pendidikan vocational bagi anak-anak berkelainan adalah perkawinan antara vocational edication, vocational rehabilitation dan special education.

3. Isi Artikel Dibandingkan Hasil Penelitian
Hasil penelitian secara berturut-turut akan dilaporkan singkat mulai dari,antara lain:
1) KONDISI WILAYAH
Secara umum 10 wilayah kecamatan yang terpilih sebagai sampel,yang tertuang dalam tabel berikut:
No Kec. Luas Wil. Jml. Desa Sar Kom Sar Kes Sar Pend Kead.
Lem.Sos
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Jatinom
Jogonalan
Jekulo
Mejobo
Ngalian
Tembalang
Gemolong
Kalijambe
Purwodadi
Gubug 3553 Ha
2673 Ha
-
3477 Ha
4236 Ha
3411 Ha
81865 Ha
4695 Ha
7764 Ha
7111 Ha 18
18
12
11
10
12
14
14
17
21 Baik
Baik
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang Sedang
Sedang
Cukup
Kurang
Baik
Cukup
Cukup
Sedang
Cukup
Baik Sedang
Sedang
Cukup
Cukup
Sedang
Sedang
Sedang
Kurang
Baik
Cukup Cukup
Cukup
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Kurang
Baik
Cukup


2) DATA KECACATAN
Secara keseluruhan data kecacatan di masing-masing wilayah kecamatan lokasi penelitian tertuang dalam table berikut:
Tabel 3: Data Kecacatan
No Kec. Tuna Netra Tuna Rungu Tuna Mental Tuna Daksa Tuna Laras Ex.Penyakit Cacat Lain
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Jatinom
Jogonalan
Jekulo
Mejobo
Ngalian
Tembalang
Gemolong
Kalijambe
Purwodadi
Gubug 30
38
91
45
22
9
46
39
24
26 12
15
43
28
6
4
27
21
28
27 32
48
50
33
20
9
41
39
29
18 109
143
145
119
31
22
122
2
138
42 -
-
-
-
-
-
-
-
-
- 6
3
29
104
-
-
-
4
-
87 -
3
-
2
-
1
-
-
-
-

Dilihat dari kelompok umur, data kondisi kecacatan dari 10 wilayah penelitian dituangkan dalam table berikut:
Tabel 4: Data kondisi kecacatan berdasar kelompok umur
Kel. Umur Tuna Netra Tuna Rungu Tuna Mental Tuna Daksa Tuna Laras Ex.Peny Kronis Cacat Lain Jumlah
0-5
6-10
11-15
16-20
21-30
31-50
41-50 2
8
12
32
48
129
139 7
19
31
26
16
64
48 4
28
47
39
67
94
40 30
42
85
105
129
276
206 -
-
-
-
-
-
- -
-
-
-
-
42
191 2
8
-
-
2
1
1 45
105
175
202
262
606
625
Dari data di atas secara umum dapat diambil rata-rata bahwa setiap kecamatan ada sekitar 9 klien tuna daksa yang memerlukan pendidikan keterampilan di Panti Bina Daksa.
3) KONDISI PETUGAS SOSIAL
Adapun kondisi Petugas Sosial Kecamatan dapat dilihat dalam tabel berikut:
No L/P Umur Gol. Status Pendidikan Pelatihan ke PSK an Tugas di Kes Ini sejak TH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. L
L
P
L
L
P
L
L
L
L 37
44
30
34
38
36
53
44
35
50 II c
III a
II b
II b
III c
II d
II a
II d
IIc
IIc Kawin
Kawin
Kawin
Kawin
Kawin
Kawin
Kawin
Kawin
Kawin
Kawin SMEA
Sarj. Muda
SMA
S1
SLTA
SMEA
SD
SLTA
SMA
SLTP Pernah
Pernah
-
Pernah
Pernah
-
-
Pernah
Pernah
Pern 1994
1994
1995
1993
1985
1993
1968
1988
1994
1977

Karakteristik Petugas Sosial kecamatan yang tersebut di atas kondisi mereka antara lain:
1) Tak satupun mempunyai latar belakang pendidikan profesi pekerja social
2) Sebagian besar mengalami kerja sebagai Petugas Sosial Kecamatan rata-rata 3 tahun
3) Sebagian besar dalam usia potensial


4). DATA KASI RP.SOS DI LOKASI PENELITIAN
Tabel 6:Karakteristik Kasi RP.Sos.
No. L/P Umur Gol. Status Pend. Pengal Pelatihan Sejak TH Ket.
1.
2.
3
4
5. L
L
L
L
L 45
45
50
49
47 III b
III b
III b
III b
III b Kawin
Kawin
Kawin
Kawin
Kawin SMA
IKIP
SMA
SMA
SMA PSK
Kasi
PSK
Kasi
- Sering
Kadang
Sering
Sering
Sering 1988
1976
1996
1993
1981 8 Th
20 Th
1 Th
3 Th
15 Th

Dari data tersebut Nampak bahwa para Kasi RP.Sos di Tingkat II terdiri atas semua pria dengan usia rata-rata potensial,pendidikan terendah SLTA dan memiliki pengalaman kerja memadai.

5) MASALAH PENDATAAN KLIEN TUNA DAKSA
Masalah yang dihadapi dalam pendataan klien tuna daksa ternyata cukup rumit,antara lain mencakup:
1. Sikap keluarga kurang mendukung
2. Para pamong desa cenderung kurang peduli terhadap rehabilitasi klien tuna daksa
3. Tidak ada instrument baku dari atasan
4. Dukungan transportasi dan dana terutama ke lokasi desa-desa untuk melakukan pendataan langsung tidak tersedia

6) PROSES RECRUITMENT DAN SELEKSI
Proses recruitment dan seleksi berlangsung di dua tempat,ialah di lapangan dan seleksi administrasi di PRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta.Seleksi lapangan melibatkan berbagai pihak,diantaranya oleh 1)PSK,2)Dokter Puskesmas setempat,3)Depnaker Kabupaten setempat.Kantor Dinas Sosial semua berkas dikirim ke panti,dan selanjutnya akan diseleksi kekurangannya oleh petugas.Akhirnya yang dinyatakan layak akan dipanggil untuk mengikuti program rehabilitasi.
Proses recruitment dan seleksi seperti itu ternyata tidak semua PSK maupun Kasi RP.Sos memahami dengan baik,sekitar 30% diantaranya mengaku hanya tahu sebagian,sisanya 70% tahu.Syarat dan prosedur recruitment dan seleksi pun ternyata dinilai cukup berat(30%),mudah(60%),dan abstain(10%).Faktor lain yang juga dirasakan memberatkan adalah tidak tersedianya dana khusus untuk petugas recruitment maupun transportasi perujukan ke panti.Sementara itu keluarga klien tuna daksa perlu biaya kelengkapan berkas administrasi.

7) TUGAS PROFESIONAL PSK
Dari data di lapangan diketahui bahwa dari 10 PSK yang diteliti 40% diantaranya menggunakan transportasi umum,50% dengan kendaraan sepeda motor dan 10% lain-lain.Tempat tinggal mereka dengan kantor kecamatan dimana mereka bertugas cukup jauh.40% diantaranya 3-4 km dari rumah.60% lebih dari 10 km.Jarak tersebut akan lebih jauh apabila menjangkau desa-desa wilayah kerjanya.
Jalan keluar yang diharapkan dari 10 PSK yang telah diwawancarai mengenai hambatan yang mereka hadapi adalah
1) Perlunya kelengkapan sarana administrasi ATK
2) Perlunya kendaraan dinas roda dua
3) Perlunya panduan,juknis,juklak,blanko-blanko yang berkaitan dengan tugas PSK harus disediakan dan didrop.
4) Perlu sarana komunikasi(HT) terutama untuk daerah terpencil dan rawan bencana



8) ADMINISTRASI RECRUITMENT DAN SELEKSI
Administrasi recruitment dan seleksi,baik oleh PSK maupun oleh Kasi RP.Sos secara umum dinilai cukup baik.Hanya saja dalam pelaksanaannya tidak digunakan 8 macam pola secara keseluruhan.Beberapa diantaranya ada yang tidak digunakan,seperti form laporan kondisi sosial ekonomi orang tua dan rekomendasi Depnaker.


C. KESIMPULAN
Jadi, ukuran keberhasilan pelaksanaan layanan rehabilitasi dengan melihat tingkat kemandirian klien tuna daksa pasca mengikuti program rehabilitasi. Faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian dalam layanan rehabilitasi, salah satunya adalah komponen recruitment dan seleksi yang bertujuan untuk memilah dan memilih anak tuna daksa dengan karakteristik dan potensi yang relatif memiliki kemungkinan untuk dilakukan upaya mengembangkan potensinya secara optimal melalui proses pendidikan dan latihan.

D. SARAN
1) Program dari Panti Bina Daksa perlu lebih aktif ke lapangan dalam rangka recruitment dan seleksi
2) Penyebarluasan informasi perlu ditingkatkan tentang arti recruitment dan seleksi
3) Perlu evaluasi dalam rangka peningkatan kualitas layanan dalam panti






DAFTAR PUSTAKA
Munawir Yusuf, A.Salim, (1994), Pengembangan Model Rehabilitasi Penyan-dang cacat Bersumber daya Masyarakat ke arah mandiri, Laporan Pe-nelitian, Surakarta PPRR-Lembaga Penelitian Universitas Sebelas Maret.
Musjafak Assjari, (1995), Pendidikan Tuna Daksa, Jakarta : Depdikbud R.I.
Salim A. (1995), Buku Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dalam Kurikulum PLB 1994. Jakarta : Depdikbud.
_____________ (1995), Ortopedagogik Anak Tunadaksa. Surakarta : UNS Press
Susilo Supeno, (1992), Pengembangan Program Rehabilitasi Berbasiskan Masyarakat bagi Penyandang Cacat di Indonesia, Makalah, Surakarta : Panitia Temu Karya RBM tanggal 2-3 Maret 1992
_____________(1992), Rehabilitation Service in Indinesi, Makalah, Surakarta: The National Rehabilitation Centre for the Physically Handicapped” Prof.Dr.Soeharso Solo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar