PRAKTEK BINA DIRI ABMR
“ MEMAKAI BEDAK ”
DI SLB NEGERI SURAKARTA
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah bina diri anak berkemampuan mental rendah yang diampu Oleh Drs. Gunarhadi, M. A
dan Dra. Munzayanah, M.Pd
![]() |
Disusun Oleh :
Nama : Dewi Ekasari Kusumastuti
NIM : K5109011
PENDIDIKAN KHUSUS
ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Praktek Bina Diri Memakai Bedak di SLB Negeri Surakarta”.
Keberhasilan dalam penulisan makalah ini berkat bimbingan, arahan dan dorongan yang diberikan oleh berbagai pihak kepada penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1) Dosen mata kuliah Bina Diri Anak Berkemampuan Mental Rendah yang telah membimbing dan memberi dukungan
2) Temen – teman dari Pendidikan Luar Biasa 2009 yang telah membantu dan memberi dukungan
3) Semua pihak yang telah bekerja sama dan membantu dalam penulisan makalah yang berjudul
“ Praktek Bina Diri Memakai Bedak di SLB Negeri Surakarta “ .
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai bahan perbaikan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun bagi pembaca serta dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta, Desember 2010
PENDAHULUAN
Anak tunagrahita adalah individu yang secara signifikan memiliki intelegensi dibawah intelegensi normal. Menurut Standford-Binet Score dan Wiscr-R Score, apabila ditinjau dari kurva normal, anak tunagrahita berada di sebelah kiri kurva yaitu pada posisi -2, dengan skor inteligensi yang merentang dari 30 sampai 78. Anak Tunagrahita seringkali mengalami kesulitan dalam “Adaptive Behavior” atau penyesuaian perilaku yang berarti anak tunagrahita tidak dapat mencapai kemandirian yang sesuai dengan ukuran (standard) kemandirian dan tanggung jawab sosial; selain itu juga mengalami masalah dalam keterampilan akademik dan berpartisipasi dengan kelompok usia sebaya. Tunagrahita dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok, antara lain: mampu didik (IQ 68-78 kira-kira 10 diantara 1.000 orang), mampu latih (IQ 52-55 kira-kira 3 diantara 1.000 orang), dan mampu rawat (severe- profound atau dependent) , IQ 30-40 (kira-kira 1 diantara 1.000 orang).
Bina diri merupakan salah satu mata pelajaran yang khusus dimasukan pada anak-anak yang memiliki gangguan mental/ tunagrahita. Pelajaran bina diri dimaksudkan agar anak dapat memiliki kecakapan diri khususnya untuk keperluan diri sendiri dapat melaksanakan sendiri tanpa menggantungkan pada orang lain. Materi bina diri yang diberikan meliputi 1) usaha membersihkan dan merapikan diri, 2) berbusana, 3) minum dan makan, 4) menghindari bahaya.
Pada pembahasan kali ini, akan membahas mengenai mencari klien anak tunagrahita dan melakukan kegiatan bina diri “memakai bedak” pada anak tersebut di SLB Negeri Surakarta. Hal tersebut terdiri dari identitas anak & orangtua, task analysis, dan lampiran yang berisi foto mengenai kegiatan mengajarkan bina diri pada Anak tunagrahita.
I. INFORMASI RIWAYAT ANAK TUNAGRAHITA
A. DATA ANAK
Nama : Meli Febriana
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Surakarta, 11 Januari 1995
Agama : Islam
Nama Sekolah : SLB Negeri Surakarta Kelas: 4 SD
Alamat Sekolah : Jalan Cocak X Sidorejo Mangkubumen Banjarsari
Surakarta
Alamat Rumah : Jalan Kebalen 12 Surakarta
Jenis Kelainan : Tunagrahita Sedang (C Sedang)
Nama Ayah : Samono
( Kandung / Tiri / Angkat )
Tempat dan Tanggal Lahir : Surakarta, 20 Februari 1965
Agama : Islam
Pendidikan : STM
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama Orangtua
Ayah : Samono
Ibu : Indah Astuti
Alamat : Jalan Kebalen 12 Surakarta
II. TASK ANALYSIS MEMAKAI BEDAK
1. Guru memperkenalkan kepada murid mengenai benda-benda yang akan digunakan untuk memakai bedak, seperti bedak, spons, dan cermin. Setelah itu, murid disuruh menyentuh dan menyebutkan benda-benda tersebut. Kegiatan ini dilakukan berulang-ulang hingga murid sudah benar-benar dapat menyebutkan benda-benda tersebut dengan benar.
2. Guru memperkenalkan bagian-bagian wajah, seperti mata, hidung, pipi, dahi, & dagu. Kemudian, murid disuruh menyentuh dan menyebutkan bagian-bagian wajahnya.
3. Guru menjelaskan bagian-bagian wajah yang akan dibedaki, seperti pipi kanan, pipi kiri, hidung, dahi dan dagu sambil murid disuruh menyentuh bagian-bagian tersebut di wajahnya.
4. Guru memberi contoh memakai bedak, sambil murid disuruh menirukannya setahap semi setahap dan kegiatan ini dilakukan berulang-ulang hingga murid mampu melakukannya.
5. Guru menyuruh murid memakai bedak sendiri tanpa bantuan dari guru.
6. Guru memberikan penguatan positif apabila murid berhasil melakukannya dengan benar, seperti tepuk tangan, pelukan dll. Dimaksudkan agar murid merasa dirinya mampu dalam melakukan suatu kegiatan yang dilakukan didalam kehidupan sehari – hari.
PENUTUP
- SIMPULAN
· Bina diri merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan kepada anak-anak tunagrahita, baik anak tunagrahita ringan, sedang, maupun berat.
· Pelajaran bina diri dimaksudkan agar anak dapat memiliki kecakapan diri khususnya untuk keperluan diri sendiri dapat melaksanakan sendiri tanpa menggantungkan pada orang lain.
· Salah satu materi bina diri untuk tunagrahita adalah memakai bedak. Memakai bedak termasuk dalam usaha membersihkan dan merapikan diri. Hal ini perlu dilakukan karena sangat penting untuk menjaga kelangsungan hidup dan kesehatan.
- SARAN
· Diharapkan guru dalam memberikan pelatihan bina diri dengan mempertimbangkan karakteristik anak tunagrahita tersebut.
· Guru harus mengoptimalkan pembelajaran bina diri ini di lingkungan sekolah, kemudian menerapkannya di masyarakat.
LAMPIRAN

Gambar 1

Gambar 2

Gambar 3

Gambar 4

Gambar 5

Gambar 6

Tidak ada komentar:
Posting Komentar